Rabu, 15 Maret 2023

Aplikasi Biru

29 Agust 22 

 Lantunan zikir hamdallah yang dibaca dengan alunan irama yang mendayu-dayu seolah memberikan tanda penuh kesyukuran dengan keharuan membangunkanku pagi ini. Suara dari jarak 200 meter dari rumahku itu membuat diriku yang semalam terganggu tidurnya karen menahan rasa sakit pada sudut mulut itu. Tergugu, terdiam dan mendengar suara alam di waktu subuh yang syahdu.

 Ada sesuatu yang rindu di ujung hati. Rindu bersujud dan bersimpuh di atas sajadah, rindu bercerita dan meminta maaf atas apa yang ku isi dalam kosongnya waktu. Tapi karena sedang halangan, aku hanya memutuskan untuk sekedar duduk di tepi ranjang. 

Menatap langit-langit kamarku yang sudah dua kali lipat di luaskan ayah. Sepi semakin meraup hati, irama lantunan zikir yang telah berubah menjadi "astagfirullah" semakin menyayat hati. Semenit dua menit hingga lima menit kemudian, aku memutuskan bangkit menuju kamar mandi, barangkali dengan membasuh wajah kantukku akan sempurna hilang lalu balik menuju kamar dengan masih memegang pipi. 

 Masih ada yang sakit di ujung mulut, ujung geraham yang ternyata telah berlubang, tidak parah mungkin, hanya berupa garis hitam yang memanjang, tapi sakitnya sampai ke kepala. Sakit yang membuatku sulit sekali berkonstrentrasi ketika akan mengambil gawaiku lalu melanjutkan ceritaku, cerita yang telah aku tunda-tunda kelanjutannya. 

 Alasannya sih karena sakit gigi, iya tapi karena terlalu overdosis bermain aplikasi ia juga. "Astagfirullah" disini aku tersadar bagaimana nikmatnya waktu luang itu yang kusia-siakan, bagaimana waktu luangku dengan kesehatan yang prima yang begitu ku sia-siakan. "Astagfirullah.. " Aku menuju ke meja belajarku, tepat di samping jendela. Udara subuh mulai merasuk dibalik-baliknya. Ingin sekali mengetik sesuatu, tapi belum kunjung juga ku temukan apa yang harus kuketik itu. Aku memutuskan untuk lari lagi ke aplikasi. Pelan-pelan Dian, pelan-pelan. 

Aku menarik nafas panjang, barangkali dengan mendengarkan para penulis lainnya mengisi kegabutan di aplikasi itu,sedikit tidaknya bisa mengecas pikiranku. Tapi, ah tiba-tiba aku menjadi tidak bersemangat. Kuurungkan membuka aplikasi itu dan beralih menuji youtube. Sebuah murattal dari Salim bahanan menemaniku. 

Suara yang saat pertama kali aku mendengarnya membuatku jatuh cinta. Ayat-ayat indah itu dibacanua dengan fasih tegas hingga membuat sanubari begitu tercabik-cabik. Aku melipatkan kaki di atas kursi dengan sandaran di balik mejaku, meringkuk disana. Tertidur. Melupakan ketikanku yang belum kuga rampung. Gerimis di balik jendela seolah menjadi backsound lantunan kalam suci itu. "Kapankah aku menduduki peringkat satu di aplikasi hijau itu? " 

 

"Allahumma Shalli A'la Saiyidinaa Muhammad "

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Akhir Dari Move On

 Serius ini yang terakhir. janji deh.. Soal ramadhan yang lalu, dan saya yang sudah sepenuhnya ikhlas hingga lebaran sebuah cerita yang memb...