Dan jadikanlah shalat dan sabar sebagai
penolongmu...
Hari ini matahari minggu menyinari hangat,
menembus relung-relung jendela kamarku. Sejenak aku menarik nafas dalam dan
kembali menghembuskannya, hari ini adalah hari tersampainya rencanaku dibebrapa
hari yang lalu untuk menulis menulis diary ini, tentang perihal hidup bulan
Juni dan Juli pertengahan tahun yang seakan banyak terasa berat.
Iya, aku bilang begitu karena aku berkilas lagi
dengan buku harianku yang tanggalnya di bulan Juli yang lalu, ternyata
permasalahannya ya gitu-gitu aja, tentang problematika hidup dengan perasaan,
keluarga dan sekitar apalagi tahun ini agak beda dari empat tahun yang
sebelumnya , Riska sepupu yang juga teman horeku dunia akhirat sudah resmi
menyandang status sebagai seorang istri, dan itu otomatis dua adek sepupu udah
melangkahiku,
Benar, aku gak masalah dengan itu, karena aku
percaya setiap orang punya masanya, dan masanya mereka untuk menjemput jodoh
impian mereka lebih cepat dari aku. Dan aku belum masanya untuk menjemput
jodoh, meski ada satu dua yang pernah mengutarakan niat serius kepadaku, tapi
ya bukan jodoh, perihal akan aku ceritakan pada diary yang lain insyaAllah. Dan
ya, aku juga percaya bahwa akan datang masanya bagiku untuk dijemput jodoh
impian, iya suatu hari nanti.
Tapi....makin kesini tahun ini agak terasa berat,
lagi karena jodoh, apalagi tahun ini angkataku banyak yang mengakhiri masa
lajangnya, aku harus bolak balik mengahadiri pesata mereka dari akhir tahun
sampai pertengahan tahun ini, dan mereka semua kawan dekat aku, kawan sekolah
yang pernah main bareng saat ingusan dulu. Permasalahannya bukan disitu tapi
ya, sama orang tua.
Aku paham sampai disini, orang tua pasti ingin
yang terbaik untuk anaknya, meski kadang juga sering ego mereka ikut serta
dalam hal itu dan tidak mendengar atau tidak mau tau apa yang sedang anaknya
rasakan. Kenapa anaknya belum juga menemukan jodoh disamping belum datang
padanya takdir itu padanya?
Ah, sudahlah. Kadang sulit untuk
mendeskripsikannya, dan itu sering membuat hari sesak. Harus kah ku menulisnya
”Ayah, Abang, Mak, aku juga tidak ingin membebankan kalian, tapi aku juga
bingung, dapatkah kalian pahami kebingunganku”
Hari-hariku kucoba untuk mencoba untuk menyibuk
diri dan meski kadang aku salah cara dalam menyibukan diri, dengan ambisi dunia
yang sering menghancurkan niatku. Dan aku lupa bagaimana sebenarnya menjadi
hamba dan tentang ayat “La yukallifu Nafsan Illa Wus’aha” Aku lupa itu, dan
ringkih sekali untuk menghadapi beberapa hal masalah dalam hidupku yang telah
aku bawa sejak lama. Semacam beban, tapi jika sebenarnya aku bisa sadar dan
berkaca, itu bukan beban, bukan penghalang. Hanya Allah sedang sayang. Aduhh
Kenapa sih kadang harus lupa kalau masuk surga itu gak gampang gaess, surga yang
luar biasa mana mungkin di dapatkan dangan cara biasa saja, apalagi dengan
mental puding seperti ini, Hanya Allah yang mampu memudahkan segalanya, karena
tidak ada yang sulit bagi Allah jika Allah telah memudahkannya dan begitupun
sebaliknya.
Doa
Kenapa sih, manusia itu harus lupa, harus maunya
instan saja, padahal dari mie instan saja kita bia belajar, kalau mie instan
pun butuh proses. Sama seperti kehidupan kita yang sangat-sangat membutuhkan
proses, dan kita harus bisa menikmati setiap inci demi inci proses tersebut,
dengan husnuzan pada Allah yang maha Penyayang, dengan membersihkan hati dengan
iman dan ilmu, dan terus berdoa dan berikhtiar.
Ngomong-ngomong doa, ternyata manusia itu banyak
yang sombong, Allah maha baik dan menyuruh hambaNya untuk berdoa kepadaNya,
maka Allah Dia yang maha segalanya akan mengabulkannya, Its easy for Allah yang
maha kaya. Minta saja.
Jadi teringat beberapa proses dalam hidup ini
karena kasih sayang sang maha Rahman dan Rahiem, yang menjemputnya dengan
kekuatan doa, dulu ingin masuk pesantren, masuk kuliah walaupun bukan kampus
impian. Bahkan untuk hal yang terkecil apa saja, apalagi itu kebaikan untuk
kita, pasti Allah kabulkan, dan seperti doa sebelum ramadhan kemarin, yang
ingin menghabiskan ramadhan dengan kalimat cinta dan lebih dekat dengan Allah,
seperti inginnya shalat malam yang impiannya hanya sbatas mimpi karena rasa
takut dan ngantuk yang bekerja sama dan
untuk beberapa keajaiban kehidupan yang lainnya.
Meski ada beberapa doa yang belum terkabulkan dan
ketidakseimbangan diri dan kelakuan yang ternyata belum diminta dalam doa, aku
percaya Allah akan mengabulkannya suatu hari nanti, kalau kata Tgk Salamuddi
Ay, yang selalu terngiang-ngiang, “Selama matahari masih bersinar, langit masih
menurunkan hujan, dan bumi masih menumbuhkan tumbuh-tumbuhan selama itu masih
ada harapan” So, jangan pernah berhenti berharap kepada Allah, termasuk
berharap menemukan jodoh yang shaleh, yang bisa menerima segala kekurangan dan
kelebihan diri ini, yang bisa mengangkat derajat dunia akhirat dan berjalan
bersama untuk kesurgaNya. Meski kadang melihat realita yang ada, orang yang
shaleh itu tipenya bukan seperti manusia
ini yang sangat, sangat jauh kurangnya.
Tapi ya, kita berharap kepada Allah, Allah yang
maha kuasa semoga menjadikan diri ini pantas.
Meja Impian, 12 Juli 2020
Salam Rindu dari Partner Surgamu.