Minggu, 12 Juli 2020

Kekuatan Doa



Dan jadikanlah shalat dan sabar sebagai penolongmu...
Hari ini matahari minggu menyinari hangat, menembus relung-relung jendela kamarku. Sejenak aku menarik nafas dalam dan kembali menghembuskannya, hari ini adalah hari tersampainya rencanaku dibebrapa hari yang lalu untuk menulis menulis diary ini, tentang perihal hidup bulan Juni dan Juli pertengahan tahun yang seakan banyak terasa berat.
Iya, aku bilang begitu karena aku berkilas lagi dengan buku harianku yang tanggalnya di bulan Juli yang lalu, ternyata permasalahannya ya gitu-gitu aja, tentang problematika hidup dengan perasaan, keluarga dan sekitar apalagi tahun ini agak beda dari empat tahun yang sebelumnya , Riska sepupu yang juga teman horeku dunia akhirat sudah resmi menyandang status sebagai seorang istri, dan itu otomatis dua adek sepupu udah melangkahiku,
Benar, aku gak masalah dengan itu, karena aku percaya setiap orang punya masanya, dan masanya mereka untuk menjemput jodoh impian mereka lebih cepat dari aku. Dan aku belum masanya untuk menjemput jodoh, meski ada satu dua yang pernah mengutarakan niat serius kepadaku, tapi ya bukan jodoh, perihal akan aku ceritakan pada diary yang lain insyaAllah. Dan ya, aku juga percaya bahwa akan datang masanya bagiku untuk dijemput jodoh impian, iya suatu hari nanti.
Tapi....makin kesini tahun ini agak terasa berat, lagi karena jodoh, apalagi tahun ini angkataku banyak yang mengakhiri masa lajangnya, aku harus bolak balik mengahadiri pesata mereka dari akhir tahun sampai pertengahan tahun ini, dan mereka semua kawan dekat aku, kawan sekolah yang pernah main bareng saat ingusan dulu. Permasalahannya bukan disitu tapi ya, sama orang tua.
Aku paham sampai disini, orang tua pasti ingin yang terbaik untuk anaknya, meski kadang juga sering ego mereka ikut serta dalam hal itu dan tidak mendengar atau tidak mau tau apa yang sedang anaknya rasakan. Kenapa anaknya belum juga menemukan jodoh disamping belum datang padanya takdir itu padanya?
Ah, sudahlah. Kadang sulit untuk mendeskripsikannya, dan itu sering membuat hari sesak. Harus kah ku menulisnya ”Ayah, Abang, Mak, aku juga tidak ingin membebankan kalian, tapi aku juga bingung, dapatkah kalian pahami kebingunganku”

Hari-hariku kucoba untuk mencoba untuk menyibuk diri dan meski kadang aku salah cara dalam menyibukan diri, dengan ambisi dunia yang sering menghancurkan niatku. Dan aku lupa bagaimana sebenarnya menjadi hamba dan tentang ayat “La yukallifu Nafsan Illa Wus’aha” Aku lupa itu, dan ringkih sekali untuk menghadapi beberapa hal masalah dalam hidupku yang telah aku bawa sejak lama. Semacam beban, tapi jika sebenarnya aku bisa sadar dan berkaca, itu bukan beban, bukan penghalang. Hanya Allah sedang sayang. Aduhh Kenapa sih kadang harus lupa kalau masuk surga itu gak gampang gaess, surga yang luar biasa mana mungkin di dapatkan dangan cara biasa saja, apalagi dengan mental puding seperti ini, Hanya Allah yang mampu memudahkan segalanya, karena tidak ada yang sulit bagi Allah jika Allah telah memudahkannya dan begitupun sebaliknya.

Doa
Kenapa sih, manusia itu harus lupa, harus maunya instan saja, padahal dari mie instan saja kita bia belajar, kalau mie instan pun butuh proses. Sama seperti kehidupan kita yang sangat-sangat membutuhkan proses, dan kita harus bisa menikmati setiap inci demi inci proses tersebut, dengan husnuzan pada Allah yang maha Penyayang, dengan membersihkan hati dengan iman dan ilmu, dan terus berdoa dan berikhtiar.
Ngomong-ngomong doa, ternyata manusia itu banyak yang sombong, Allah maha baik dan menyuruh hambaNya untuk berdoa kepadaNya, maka Allah Dia yang maha segalanya akan mengabulkannya, Its easy for Allah yang maha kaya. Minta saja.
Jadi teringat beberapa proses dalam hidup ini karena kasih sayang sang maha Rahman dan Rahiem, yang menjemputnya dengan kekuatan doa, dulu ingin masuk pesantren, masuk kuliah walaupun bukan kampus impian. Bahkan untuk hal yang terkecil apa saja, apalagi itu kebaikan untuk kita, pasti Allah kabulkan, dan seperti doa sebelum ramadhan kemarin, yang ingin menghabiskan ramadhan dengan kalimat cinta dan lebih dekat dengan Allah, seperti inginnya shalat malam yang impiannya hanya sbatas mimpi karena rasa takut dan ngantuk yang  bekerja sama dan untuk beberapa keajaiban kehidupan yang lainnya.
Meski ada beberapa doa yang belum terkabulkan dan ketidakseimbangan diri dan kelakuan yang ternyata belum diminta dalam doa, aku percaya Allah akan mengabulkannya suatu hari nanti, kalau kata Tgk Salamuddi Ay, yang selalu terngiang-ngiang, “Selama matahari masih bersinar, langit masih menurunkan hujan, dan bumi masih menumbuhkan tumbuh-tumbuhan selama itu masih ada harapan” So, jangan pernah berhenti berharap kepada Allah, termasuk berharap menemukan jodoh yang shaleh, yang bisa menerima segala kekurangan dan kelebihan diri ini, yang bisa mengangkat derajat dunia akhirat dan berjalan bersama untuk kesurgaNya. Meski kadang melihat realita yang ada, orang yang shaleh itu tipenya  bukan seperti manusia ini yang sangat, sangat jauh kurangnya.
Tapi ya, kita berharap kepada Allah, Allah yang maha kuasa semoga menjadikan diri ini pantas.


Meja Impian, 12 Juli 2020
Salam Rindu dari Partner Surgamu.





Akhir Dari Move On

 Serius ini yang terakhir. janji deh.. Soal ramadhan yang lalu, dan saya yang sudah sepenuhnya ikhlas hingga lebaran sebuah cerita yang memb...