Ilusi season dua itu hampir saja
melepas diri dari jeratan bayangan. Dunia bayangan dan konyanikasi udara lagi
membuat sebuah persaudaraan walaupun ada banyak hal yang belum diketahui bagaimana
sebenarnya atau bagaimananya nyatanya. Tapi sesuatu yang namanya kenyamanan
mematahkan senyaanya. Orang itu akhirnya resmi mengisi lembaran cerita entah
bagian apa dalam hidupku, tapi yang jelas satu, bagian persaudaraan. Dunia bayangan yang membuat aku belajar
sesuatu hal yang aku kira hanya ada di dunia imajinasiku saja cerita drama atau
kerangka cerita yang ingin aku tulis membentuk sebuah novel dan entah takdir
apa yang akan terjadi, sosok itu ada dan jujur aku adalah salah satu orang yang
mengaku beruntung mengenalnya. Iya, karena aku selalu merasa beruntung mengenal
seseorang yang ketika mengenalnya hatiku semakin dekat dengan yang maha
mendekatkan.
Hanya dua kata yang mengisyarakan
indentitasnya saja yang kutahui, selebihnya aku tidak tahu dan aku tidak mau
tahu. Rasa tidak tertarikku untuk dunia satu itu jika bukan orang yang memang
aku incar masih membuatku tidak tertarik mengetahui tentang halnya lebih lanjut
lagi. Aku yang juga tidak nyadah percaya, bukan hanya dengan dunia bayangan itu
saja, bahkan dalam dunia nyata yang sedang kujalani ini. Tapi something interested with you meskipun
lebay kanya berhasil mengotak-ngotakkan imajinasiku dan aku selalu tertarik
melanjutkan konyanikasi dengan orang yang begitu. Aneh tapi nyata, beragam
vonis anehku terhadapnya. Sambil mengernyitkan mata menatap layar hape di
persipanggan jalan biasa tempat aku menunggu jemputan saat pulang kuliah ketika
aku baru-baru mengenalnya.
You
My Sister and I As your Brother
Apa aku bilang, kanya memang lain,
kamu punya sesuatu yang menarik menurutku. Cerita berlanjut saat
pembahsan-pembahasan sederhana yang biasanya akan berunjung dengan kalimat yang
membuat boring saat perkenalan itu. tapi lain halnya dengan ini, chat demi chat
membuktikan dan satu persatu vonis konyolku patah dan dia dengan cerintanya semakin menarik saja
dan semakin menjadi misteri yang belum tertarik untuk kupecahkan saat itu.
Awalnya ceritanya itu sulit aku
terima, itu terlalu mendramatis. Lalu kuputuskan utuk mencari tahu siapa kanya
lewat beberapa foto yang ada di koleksi akunnya. Oh ya, sekilas mungkin benar
begitu dan aku mendapatkan sumber yang menjelaskan dia bukan orang asing, you
know my friend and I think you find me with him. Teman satu wilyahku dan
temanku dulu saat masih sama-sama dalam satu diniah. Cowok putih yang terkenal
pintar dan menjadi bahan omongan di beberapa anak gadis di kampung.
Ceritanya dengan puluhan adik angkat
yang tiap-tiap mereka mempunyai sesuatu hal yang istimewa membuat aku berpikir
keras bagaimana sebenarnya manusia bayangan yang sedang menulis chatnya ini.
Entahlah, aku mulai menyukai ceritanya malam itu dari susunan kata-kata yang
terangkai dengan bahasa yang menurutku mengasyikkan. Santai tapi serius, tidak
terlalu fokus tapi terarah mewakili karakterku sebenarnya. Apalagi gaya sok
tahu yang memang harus diakui sih kebanyakan dari tebakan sok tahunya itu
benar. Tapi wait, suka? Iya, aku menyukai tapi jangan terlalu jauh mengartikan
kata yang satu ini dan ini tidak ada alasannya disini dan entah bagaimana
jalannya, aku resmi menjadi salah satu dari daftar panjang adik perempuannya
but, harus aku akui meskipun berat, aku tidak seistimewa mereka yang telah
menjadi adiknya terlebih dahulu yang katanya masing-masing punya kelebihan yang
istimewa. Yasudahlah.
Seseorang yang datang dengan
menawarkan banyak nuansa penuh aroma yang mendekatkan hati dan menawarkan
kebaikan dengan persaudaraan seperti itu bukankah harus diterima dengan baik,
dan ya, ada rasa senang juga sekilas mampir di hatiku saat aku tahu aku punya
salah satu saudara baru lagi di dunia bayangan itu, rasa senang itu lebih
terasa dari sebelumnya, sesorang di dunia tersebut juga tiba-tiba menganggapku
sebagai adik beberapa tahun yang lalu tapi sekarang sudah agak renggang karena
kurang komunikasi. Dan untuk hari selanjutnya itu, resmilah namanya Taufik Hidayatullah bertengger di
buku harianku meskipun awalnya aku salah menulis nama lengkapnya aku yang
kadang tidak teliti dan pelupa salah menulis nama belakangnya dan mengganti
menjadi “Taufikurrahman”. hehe..Aku bukanlah orang yang jeli dalam mengingat nama dan membacanya.
Cerita dengan Satu Tangan
Bagiku setiap makhluk ciptaan Allah
itu semuanya istimewa dengan apa yang
dimilikinya dan tentunya wajahnya. Termasuk ketika aku mengatakan kanya itu
ganteng padahal jujur saja, waktu itu aku belum tahu yang mana mukanya sebenarnya. Tapi cerita malam
itu berlanjut ketika dia menceritakan sesuatu hal yang membuatku kaget dan
termenung beberapa detik. Membayangkan tentang banyak hal yang telah hilang
darinya.
“Aku adalah lelaki dengan sebelah
tangan..’”
Sebuah kecelakaan itu membuatnya
kehilangan sebelah tangannya, begitu yang aku simpulkan dari ceritanya malam
itu, dan saat aku meminta dia menceritakan lagi. Dia menolaknya. Nanti suatu
saat jika kami bertemu cerita itu akan di ceritakannya. Dan apa katanya? Ketemuan?
Tidak. No.satu lagi seseutau yang tanpa alasan yang dari dulu tidak aku sukai
itu (Tapi sekarang aku punya, hehe) . Aku tidak mau ketemuaan meskipun aku
harus jujur rasa penasaranku masih tetap tinggal disini. Tapi aku hanya sekedar penasaran saja, tidak berniat untuk ketemuan atau bagaimana yang lainnya.
Malam itu aku menatap langit-langit
kamarku dengan pikiran ku yang menerawang jauh. Memikirkan cerita yang baru saja
diceritaknnya itu. bagaimana bisa? Seseorang yang dulunya sangat aktif dan
bahagia, dan dari bahasa chatnya aku mulai menyimpulkan dia abagn
angakatku yang baru itu mempunyai jiwa yang ceria dan mengasyikkan tidak hanya
di dunia bayangan saja tapi juga di dunia nyata. Pasti dia begitu bahagia. Dan
aku juga mulai membuat sebuah vonis yang liar dan baru terhadapnya “mungkin itu alasan kenapa
dalam chat pertamanya begitu lebay, apakah mungkin itu dampak psikologisnya
yang berubah? Ya, Allah kadang kehidupan yang terjadi seperti begitu kejam dan aku
lirih membayangkannya.
Perasaanku bercampur aduk, kasihan?
Bukan. Seperti hal aku, aku rasa dia juga begitu tidak ingin dikasihani, mungkin
kesamaan kami itu juga terletak disitu, sama-sama sok mandiri dan sok kuat
begitu. (Tapi kalau aku Cuma sok aja..hehe) Tapi, ada seseuatu, aku tidak bisa
membayangkan certanya yang pertama tentang adik angkatnya yang di ajak menikah,
aku menebaknya pasti mereka mau. Bukankah dalam pengamatanku, seorang wanita
itu tidak melulu mencari bentuk wajah yang rupawan dan hartawan. Nah, apalgi
adik-adiknya yang katanya memiliki hal yang istimewa itu pasti akan lebih mudah
tertarik kepadanya. Apakah mereka menjauh setelah kecelakaan itu? ah, pasti
banyak sekali yang berubah dengan kehidupannya dan salah satunya adalah kedekatan
dia dengan sang Pencipta dan aku rasa itu hal yang paling terasa.
Beberapa hari itu juga, banyak hal
yang tidak mengenakkan aku alami, yang membuat perasaanku gelisah dan
menjerit-jerit. Aku seperti sednag berada di tempat yang tidak aku harapkan. Aku
meletakkan handphoneku menatap layar laptop, mulai ingin mengetik beberapa
kata, tapi pkiran ku buyar. Isi chat dengannya sudah aku lupakan di lima menit
yang lalu saat aku mencoba mengatur nafas dan mulai bermain dengan laptopku.
Pkiran ku buyar, satu detik dua detik aku hanya menatap layar laptop di depanku
saja. Lalu, bayangan masalah itu dan bebrapa hal lagi memnuhi ruang pikiranku
hingga menyesakkan hatiku. Aku harus bagaimana? Mataku mulai naik menatap langit-langit kamar yang kosong, lalu kedekatkan kepalaku ke arah meja belajar itu dan akhirnya
setelah hampir sebulan tertahankan mendung itu menjadi hujan, terisak tanpa
bersuara meski hanya beberapa tetes tapi lumayan deras. Oh, tidak aku nyalai
cengeng. Segera aku hapus air mataku saat menyadari hal itu. tapi dia tetap
saja turun, turun dengan berbagai kerinduanku hingga aku terlelap.
Satu jam kemudian aku terjaga masih
tertidur diatas meja belajar itu, aku melihat jam digital di hapeku yang hampir
menujukkan jam tenganh malam. Tapi aku masih ingin membuka dan melihat akunku,
sambil berjalan keatas tempat tidur aku membuka chatnya. Tenryata abagn angkat
itu masih On. Kali ini Aku berniat ingin men offkan facebook ku ini, lama
setelah dulu aku ingin memblokirnya tapi karena ada bebrapa pertimbangan. Aku
jadi tidak jadi meblokirnya. Sayang, akun itu sudah seperti pencatat sejarah
perjalanan ku dari nyalai kelas dua MTsN dulu. Tapi biarkan aku off saja.
Bagian
yang dihilangkan..heheh. gak penasaran kan?
We Must Meet
Setiap orang yang berkomunikasi
dalam dunia bayangan itu pasti selalu dengan modus-modus tertentu yang akhirnya
menuntut pembawaan ke dunia nyata melepas diri dari dunia bayang-bayangan.
Dunia bayangan yang hanya terlihat samar-samar dan tidak jelas. Ah, ya. Apa
generasi ini selalu saja berurusan dengan dunia samar-samar begitu. Mungkin
ya, begitu kosekuensi dari perkembangan dunia yang tidak bisa dibendung lengkap
dengan nilai plus minusnya. Dan aku masih menjadi si gadis pemikir keras yang nmungkin
terlalu emikir keras. Absolutely, But sometime aku merasa seperti ada hal yang juga
tidak ingin ku terima dalam permbelakuan ini hingga membuat aku memmilih jika
seandainya aku diberi pilihan sekarang. Aku ingin hidup dimasa itu saja, dimasa
tidak ada gagdetnya but bukan dimasa penjajahan juga ya, ngeri ngeri. Tapi
maksudku dimasa orang-orang yang natural, hidupnya natural, kejalasan mana yang
benar dan mana yang salahnya jelas. Tepatnya aku ingin hiudp dimasa Rasulullah
atau dimasa abad kejayaan Islam.
Ya, tapi itu kan kata senadainya,
dan hal yang kenyataan dari persepsi kata seandainya adalah tidak pernah pernah
akan menjadi kenyataan. Oh, iya itu bukan maksudku tidak menerima kenyataan
untuk ini, atau menyalahi takdir ku, is not like that, aku yakin setiap yang
telah diatur adalah keputusan yang terbaik dariNya, hanya saja ini masih dalam
konterks seandainya jika aku bisa memilih sekarang. Dan ya, jika aku mengatakan
hal yang seperti itu bukan bearti aku merupakan salah satu orang yang sangat
tidak bahagia tinggal dan menajdi genarasi ini. Of course I happy.
Seperti air yang mengalir mengikuti
arus, begitulah biasanya komunikasi yang sering aku gunakan itu. aku mengikuti
arus komunikasinya dan ternyata arus tujuannya banyak hal menyamaiku. But I
not say about that dan aku kira dia juga tidak mengatakan itu. ternyata
perkiraanku salah, dia mengatakan itu, katanya di dalam sebuah bait chat, aku,
dia dan dianya lagi(Temanku yang mengenalinya) adalah sama. Tapi, ya sifat
ceroboh itu teraplikasikan disana, aku tidak membaca kalimat yang menjelaskan
ada dia dalam persamaan yang dikatakannya itu. aku hanya membaca bagian kalimat
yang menjelaskan kalau aku dan safwdy yang sama. Baru setelah beberapa bulan kenyadian
aku membaca chatnya ulang menyadari itu. dan ya, akhirnya karena kecocokan
dalam patokan komnuikasi itu membuat kami bisa dibilang bukan teman dunia
bayangan biasa lah, hubungan kami nyalai sedikit serius kurasa, saat aku merasa aku
resmi diangkat menjadi salah satu adik angkatnya yang tanpa salah satu
keistimewaan seperti adik angkatnya yang lain itu. hehe..
Layaknya sebuah hubungan yang akrab,
pertemuaan di dunia bayangan tidak akan pernah menjadikan kedekatan yang
sebenarnya. Oh iya, kami memang akrab hanya dalam eberapa jeda waktu chat, tapi
sampai beberapa bulan pertama aku tidak perah tahu dia tinggal dimana. Entahlah
di Aceh yang bagian mana. Terserah aku mungkin perlu tahu tapi tidak begitu
ingin tahu waktu itu dan tidak butuh banyak chat yang membuat dia mengajakku
untuk melepas diri dari dunia ilusi, dia mengajakku untuk saling
mengenal lansung.
Iya mungkin itu salah satu dari banyak hal
yang biasa bagi kebnayankan teman-temanku merupakan hal yang luar biasa bagiku,
dalam kasusku, entah apa yang melatar belakangi itu, sehingga setiap kali orang
yang megajakku untuk ketemuan aku menolaknya. Alasannya nyangkin waktu itu,
waktu kelas SMP aku masih kaku bertemu dengan orang baru atau orang yang
embel-embel pdkt lalu pacaran. Memang iya, saat itu aku juga ingin mempunyai
pacar seperti teman-temanku, tapi keinginan itu terpatahkan ketika aku yang
pemikir kereas memikirkannya tentang hal yang akan aku dapatkan dengan pacaran.
Cinta monyet, Pdkt, jadian, antar-jemput, jalan-jalan, putus,
nangis-nangis-nangis, sedih lagi deh. Itu-itu aja. Dan nyangkin itu alsannya
saat itu aku menolak dua orang lelaki yang menyatakan perasaannya kepadaku
waktu itu. Aku masih ingat salah satunya. Tapi hanya namanya, jangan tanya
bagaimana bentuk wajahnya sekarang, karena meski dia beberapa kali setia
menunggu aku di depan halte saat pulang sekolah dulu. Tapi jujur seinci
bayangan wajah dia tidak bisa aku ingat bagaimana bentuknya sekarang. Ah,
segampang itu kah aku melupakan seseorang itu? Aneh nyangkin tapi yasudahlah.
Dan deretan cinta monyet lainnya
yang selalu mengajak lebih dekat dengan ketenyaan. Ah, itu membosankan. Mungkin
benar juga jika kondisi fisik ku juga tidak menarik-menarik amat dalam foto di
dunia bayangan itu dan asli, tapi sebenarnya itu bukan alasan karena dalam pengamatanku
teman-temanku yang sestanndar aku juga banyak memilki gebetan dalam ketenyaan
itu dan meski ketenyaan itu tidak meski identik harus dengan pdkt awal untuk
hubugan pacaran, tetap saja aku malas dalam hal itu, malas tanpa penejlasan,
seperti aku malas mendengar beberapa istilah atau kata dakam beberapa bahasa
Aceh dan Indonesia. Tidak ada penjelasannya mengapa.hanya tidak suka
saja(titik).
Dan apakah aku terlalu aneh untuk
kategori yang demikian? Apakah aku terlalu cuek? Atau bagaimana? Entahlah, aku tidak akan peduli selama aku menikmatinya, yakan?
Jujur, kadang aku berpikir aku
terlalu lebay juga untuk itu dan saat kata-kata we nyast meet dari dia terucap,
di dalam pikiranku sudah terkunci memang tidak akan ada itu untuk dia, kecuali
jika suatu saat nanti takdir yang dengan embel-embel tanpa sengaja mempertenyakan.
Tapi, saat kata-kata pertenyaan itu diucapakannya lagi, aku hampir saja
meruntuhkan benteng malas ketenyaan itu. aku takut dia menganggap aku tidak mau
ketenyaan dengan dia kerana kekurangan yang dia miliki itu. akhirnya malam itu
ewat sms aku aktakan kita akan ketenyaan nanti jika aku sudah masuk kuliah,
tapi dia membalasnya “sudah gak usah aja, jangan ubah prinsip adek!”
“Ha, apa? Prinsip? Apakah ini
prinsip? Jika ia yasudahlah.
Saat Akhirnya Dia Berhasil Masuk Ke
Dalam Pikiranku
Pagi itu weekend panjagnku, seperti
biasa aku suka mengahbiskan waktu weekenduk di ruamh kalau tidak dengna
pekerjaan rumah dengan baju cucian yang menggunung aku berimajinasi dengan
laptopku. Megetik apa saja kata yang ingin aku tulis atau bermain hape
dimakarku. Hari itu suasana langit sedang mendung, malasku menyelinyati tubuh,
aku tidak berniat melakukan banyak hal lain selain duduk di kursi meja belajar
andalanku yang letaknya di depan jendela
yang menyajika pemnadangan hijau di depan rumahku, bersama dengan laprop dan
hape yang berapa kali sudah keluar masuk UGD itu.
Sebelum menyalai imajinasi di
laptopku, seperti biasa aku membuka medosoku yang kadang-kadang membuatku lupa
dengan laptopku yang menungngu ketikan kata yang ingin kurangkai. Aku terlalu
sibuk sekali dengan media sosial dan dunia banyangan itu. sibuk membaca artikel
atau stlaking akun-akun orang yang kuliah di luar negri yang kebanyakannya
cewek wall fbnya mempunyai tulisan yang menarik. Tapi pagi itu, sebuah kabar
berita mencuri seluruh perhatianku. Sebuah cerita pendek yang ditulis oleh
seorang adik angkatnya yang katanya memiliki kesamaan sepertiku, sama apanya
entahlah, atau nyangkin sama-sama suka menulis, sama-sama cewek, atau bisa jadi
sama-sama manusia. entahlah. Ah, terlalu banyak orang yang sama denganku
menurutnya udah ada tiga. Judulnya ”Pencuri sebelah tanganku” aku nyalai
berasumsi membaca judul itu dan tanpa perdebatan aku mantap menekan tombol link
tersebut dan begitu ingin tahu seperti apa ceritanya.
To be Continue...