Udara panas
masih tersisa di sore itu, tapi entah mengapa meskipun panas, ia terasa adem,
ah, beda sekali panas di jalan dan ditempat ini, ujarku sambil melirik
kesekitar, dalam bangunan yang luasnya tidak bisa aku perkirakan itu, bangunan
megah yang berdiri di januntg kota kecilku, bersama beberapa bocah yang dengan
semangat mengambil wudhu, apalagi ini bulan ramadhan, iya, beda sekali angin
ramadhan terasa, jika kalian ingin merasakannya. Pasti disana ada hawa-hawa
lembut yang menyentuh relung-relung hati, apalgi mendengar azan dan berada di
bangunan yang suci ini. Mesjid ia, kami menyebutnya mesjid.
Tapi ceritaku
kali ini bukan tentang itu, tapi tentang sebuah pesan chat dari WA yang masuk
disela jam break asar. Sebuah chat dari adikku yang tuna runggu, mengagetkanku.
“Mayat...” begitu tulisnya sambil memasang emot menangis, masih ambigu sekali,
ya, begitulah dia, lelakiku yang tidak begitu paham rangkaian bahasa untuk
diketik, karena memang dia tuna runggu. Bisu maksudku.
Aku mencoba memastikan.
Hingga ketikan mabigu itu menjadi jelas “WaK jah meninggal” sontak aku shok
besar, bagaimana bisa seperti ini? Ya Allah padahal aku baru beberapa hari
melihat beliau tersenyum kearahku. Menyapaku ketika sedang menyiapkan menu buka
puasa. Tapi, sekarang beritanya sudah meninggal.
Aku mencoba
memastikannya berita itu lagi, dan benar saja tetanggaku itu memang meninggal
dan sayangnya aku telat sekali mengetahuinya. Wajah telah dimakamkan. Ya Allah
lagi cerita kematian mendadak hadir memberikan pelajaran kepadaku, kepada kami.
Misteri kematian yang sulit sekali di pecahkan. Siapa yang bisa memastikan
hidup kita sampai pada menit berikutnya, Allah masih memberikan nafas untuk
kita di menit selanjutnya.
kadang ada orang
yang bertanya kenapa? Ya begitulah permainan taksir siapa yang bisa
memecahkannya. Rahasia Allah yang sewaktu-waktu menjadi kejutan sekaligus
peringatan untuk kita, tentang bagaimana kita bersyukur dan menggunakan waktu
yang telah diberikan ini, kemana sisa-sisa masa yang kita punya ini kita bawa
dengan jatah yang tiap hari yang semakin berkurang. Tapi sayangnya hati kadang
masih terlalu bebal untuk mengerti semua itu, untuk bisa mengambil hikmah dari
setiap hal itu. Kalaupu ada kadang peringatan tentang nyatanya kita akan
meninggalkan semua yang kita meiliki sekarang hanya sesaat lalu kita akan
kembali lupa jika kita adalah sasaran selanjutnya dalam kurun waktu yang begitu
singkat.
Iya, pernah kita
perhatikan, pernahkah kita ingat-ingat, jika sepertinya baru kemarin kita masuk
sekolah, merengek-rengek kepada ayah dan ibu kita ketika pertama kali
menggenakan seragam merah putih, meminta ayah atau ibu tidak pulang untuk
menemani kita. Baru kemarin rasanya kita saling bermain dan berkejar-kerajaran
bersama teman-teman kita di perkarangan sawah dan menangkap belalang, bermain
riang dengan muka yang masih begitu polos. Lalu, waktu bergeser lagi, kita
melewati menjadi anak-anak dan menjadi remaja, dan akhirnya lulus seperti
sekarang ini. Semua itu beputar begitu cepat, secepat tidu nyenyak kita semalam
lalu tahu-tahu sudah bangun di pagi hari dan waktu yang singkat itu yang
mengubah banyak hal dalam kehidupan kita.Entahlah, sekarang perjalanan kita
entah sudah menuju kepada titik garis yang mana dalam kehidupan ini, bom waktu
yang tiba-tiba akan meledak dan menyadarkan kita.
Waktu yang terus
berlalu, dan manusia pun juga akan berlalu. Entahlah apakah ada gelisah disana
tentang bagaimana menikmati hidup, bagaimana membawa sisa-sisa masa yang kita
punya, apakah ada bekal kita untuk hari nanti. Berapa banyakkah usia kita yang
terbuang dengan tanpa guna. Berapa banyak teman setia yang akan kita bawa
ketika nanti kita akan memasuki ruang gelap tanpa cahaya itu. Ruang dimana
tiada berfunsinya apapun yang kita miliki. Entahlah bagaimana.
Tapi yang jelas
saati kita masih bisa membaca sebuah ketikan sederhana ini, itu bearti kita
masih Allah berikan waktu, sisa waktu untuk memperbaiki diri bukti betapa
begitu rahman rahimnya Allah kepada kita. Ingatlah Alllah, dalam waktu ini.
Minimal hadirkan Dikir dalam hati kita dengan penuh memohon kepada Allah untuk
memberkati hidup kita, sayang sekali jika kita harus melulu dalam dosa karena
pasti mengenai kembali dan pergi adalah kita yang selajutnya, hanya saja kita
tinggal menunggu waktu, dan waktu itu cepat sekali berlalu.
Fatimah Zahra
with Love...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar