Riau
Aku fikir malam itu lagi-lagi aku telah melupakan dia, hari-hari kujalani seperti biasa. Menulis, membaca, mengajar dan duduk di ruang dapur rumah sambil membuka pintu dan melihat tanaman yang di tanami mamak dan kakak.
Namun percayalah, entah untuk apa nama dia itu selalu berseliweran di pikiranku, tanpa jelas untuk apa, bukan sejenis rindu, tapi namanya itu tanpa permisi dan mendapatkan izin resmi selalu mengambil jeda dalam pikiranku, aku menyuekinya, ingatannya datar saja, tidak dengan perasaan rindu, tidak mengganggu hanya serupa bisikan-bisikan saja. Tanpa suatu tujuan yang jelas, masih ada saja itu.
Entahlah kenapa. Jika memang jatuh cinta itu begitu kenapa itu begitu rumit, atau sebelumnya aku juga pernah merasakan perasaan suka sama orang, tapi bisikannya tidak segabut itu. Ya ampun, ini menyebalkan sekali. Astagfirullah.. Namun ada satu bagian kalimat yang juga menari dalam pikiranku saat dia menyebutkan sesuatu malam yang lalu saat vidio call. "Jika adek punya uang, maka adek akan bisa ketemu Rara sesuka hatinya adek" Iya benar, aku berfikir begitu juga dan mungkin karena itu tiba-tiba semangatku bertambah lagi. Jika aku punya uang maka aku bisa kemana saja yang ku mau, insya Allah, mungkin begitu yang kuterjemahkan.
Dan lagi-lagi namanya tanpa permisi keluar masuk dalam ingatanku. Tanpa ada sesuatu yang lain, hanya ingat cuma ingat. Entah tak tau kenapa. Hingga malamnya, jam setengah dua malam mungkin ku ingat, aku menagis lagi dalam tidurku, entah apa yang kurasakan, sesuatu suasana seperti menyergapku, entahlah apa itu, berulang kali aku beristighfar dan air mata yang masih sisa di pelupuk mata. Entah mimpi, entah apa, suasananya beda dan menakutkan. Aku mengambil ponsel dan kemudian teringat dia. Aku tau biasanya dia sedang memainkan ponselnya saat ini. "bang" aku mengetik buru-buru. Belum ada balasan. Aku mengetik pesan untuk rena, rena biasanya juga masih hidup di jam seperti itu, dia makhluk kelelawar yang suka berkeliaran malam hari. Tidak ada juga. Aku pasrah, dengan perasaan masih mencekam, suasana yang akupun tidak mengerti kenapa sering kurasakan saat aku terbangun dari "mimpi" atau menangis dalam tidurku.
Tiba-tiba dia membalasnya. "Apa" Terkesan cuek. Tapi aku tidak peduli, mengetik lagi. "takut..:( "knp" aku membacanya sedikit kecewa lalu segera beristighfar, ya berekpetasi lebih sama manusia itu mungkin tidaklah baik, dengan nadanya sedikit acuh tak acuh mungkin itu pertanda jika dia tidak peduli, yasudah baiklah, aku berbalik arah. Rasanya ingin keluar dan pindag ke kamar kakak, tapi urung kulakukan, aku pasrah saja, ikhlas lagi.
Pelan-pelan, dan kemudian aku memilih membuka instagram. Postingan pertama yang lewat adalah sebuah shalawat yang selanjutnya kubaca pelan-pelan dan ku ss untuk story. Lirihku berucap. "Tuhanku, aku pasrah aku tawakkal apa yang ku rasakan dan ku alami padaku, kuatkan aku, berilah jalan terbaik untukku, jaga umurku untuk berkah dan bermanfaat, hingga engkau pisahkan ruh dan badanku untuk kembali kepadamu" Aku terlelap kembali, tapi setengah jam terbangun lagi. Jika saja saat itu aku bisa shalat mungkin aku akan berwudhu dan shalat malam, tapi kacaunya itu jarang terjadi jika aku bisa shalat, setan memang alus sekali godaannya.
Aku mencoba terlelap kembali, tapi bukan sepenuhnya terlelap, pikiran seperti masih aktif. Hingga jam empat kurang hal yang sama itu pun terjadi. Entahlah kenapa, penyebabnya apa. Mungkin karena dosa atau aku yang terlalu lelah harinya, ya bisa jadi karena dalam ingatanku jika aku agak lelah di harinya malamnya aku sering seperti itu. Barangkali ngomong-ngomong tentang Rara, anak itu menarik ya, dan gara-gara postingan dia sih saya kenal dengan abangnya. Kebayang deh kalau punya teman kaya dia, bakal rame sih, apalagi dia masuk grub cis, otw meledakkk haha..paagi kalau lagi bahas Owi perisedn konoha. eh tapi, ya kalau dia aku belum bisa gimana-mana nilainya soalnya belum dengar aja dia ngomong tapi it's oke. semoga suatu saat bisa ketemu :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar