Rabu, 15 Maret 2023

06. Realistis

06 

 Kemarin, sebelum tidur aku membuka gawaiku untuk mengedit beberapa cerita disana, cerita lama yang mungkin bisa kugunakan untuk mengikuti lomba. Tapi tiba-tiba pikiranku pecah, aku membuka chat wahatApp dia, kenapa chat terakhirku belum dibalas. 

Aku mencoba cuek, tapi ingatan tentang dia tu memenuhi ruang ingatanku. Aku memutuskan untuk tidur dengan kesal, dan membiarkan beberapa orang merespon storyku yang mungkin ada absurd itu, siapapun bahkan dari orang yang dulu sempat kukagumi. Kan kan, dia itu emang. tapi tengah malamnya aku bangun, dan dua detik sebelum aku membuka mataku aku mengingat lagi tentangnya. 

Astagfirullah ya Allah, kenapa bisa pikiranku gabut begini. Kuputuskan tidur lagi. Subuh aku terbangun, meskipun tidak bisa shalat aku duduk di tepi ranjang. Aku menatap ponselku, lalu kuketik sebuah pesan untuknya. Seperti katanya dia mungkin sudah bangun jam segini, tapi pesanku tak juga dibalas. Ada sesuatu perasaan yang tidak enak di ujung hatiku. 

 Kenapa coba dia tidak balas lagi pesanku, kalau dia sudah dekat dengan orang lain, ya aku hargai itu. Tapi harusnya dia bilang, biar aku segera mengontrol ingatanku tentangnya. 

 Bukan seperti ini. Percayalah menghubungi laki-laki duluan seperti ini bukanlah kebiasaanku, tidak pernah aku sukai dari dulu dan tidak pernah kulakukan dari dulu, bahkan chatnya saja jarang aku balas, hingga kemudian dia pelan-pelan pergi dan menghindar tanpa menyisakan perasaan di hatiku. (oh ternyata pernah, aku pernah menghubungi Deri temanku saat dulu kulihat facebooknya aktif, karena dia yang jarang aktif karena tinggal di pensantren, itu sebagai teman saja tapi, tidak lebih) 

 Menurutku ini sama sekali tidak perlu, kecuali ya ada hal yang penting di luar dari basa-basi, atau aku yang mereply story temanku. Atau story artis. Dia dia itu kenapa bisa begitu. Lagi lagi aku perlu tau apa alasan dia tidak mereply chatku, ya mungkin dia sudah punya incaran baru dan dia merasa lebih cocok dengannya. Baiklah aku hargai itu. Dan mungkin perasaan ini akan segera menghilang. Tapi paginya perasaanku dan ingatanku kepadanya semakin kacau, aku ingin sekali bertanya kenapa dia tidak membalas dua Chat terakhirku. Kukirimkan vidio akad abang sepupuku, dan dia mereply dengan kata doa, biasa saja tapi benar-benar membuatku kesal. 

Aku bahkan uring-uringan tidak jelas di dalam kamar sendiri, saat semua orang sedang ikut rombongan dan seperti biasa aku tugas menjaga rumah, biar rumahnya tidak lari. Eh. Lalu kuputuskan mengirim vn, meluapkan kesalku. "gak usah chat aku lagi.. " 

Ya, kurang childish apa aku ini udah kemarin, huhhh Meski aku tau, tanpa aku bilang mungkin dia juga tidak akan menghubungiku lagi :( Gak apa-apa sih, aku yakin kalau aku bisa melupakannya maka akan semakin banyak hal menarik yang bisa aku lakukan. Iya, gak apa apa, kaya kemarin kan. Realistis.. Ikhlas.. 

 Tapi malam tadi, aku mimpi buruk lagi, dalam mimpi aku main-main di pantai dengan adikku tapi adikku berlari ke tengah pantai dan tenggelam, aku berlari kencang untuk menyelematkannya dan adiiku tidak sadarkan diri. Aku ketakutan, aku menekan perutnya dan menungging-nunggingnya tapi dia tidak kunjung bangun. 

 Hawa disana, kembali menakutkan, aku menangis dalam kepanikan hingga ku terbangun. Astaghfirullah.. Dan kemudian aku mengingatnya lagi. 

 Ya Allah, kenapa bisa begitu, apa iya ini namanya cinta kepada manusia, tapi kenapa bisa, cinta manusia itu segabut itu, dia tidak membuat manusia itu damai yang ada ia menyakiti.. Tuhanku, aku hanya ingin mencintai karena mu bukan perasaan gabut ini.. Jika ia aku mencintainya, itu kenapa? Bahkan aku belum pernah bertemu dengannya.. 

 Dia tidak rupawan, biasa saja, hanya kaya, dan duit itu bisa dicari, kalau aku mau aku bahkan bisa lebih kaya dari dia dan yang mau melamarku dulu juga kaya mungkin lebih darinya dia berprestasi, ada juga disini yang beprestasi. Tapi dia menyebalkan.. Argggghhhhh..

tapi, hatiku menerimanya, entah kenapa, padahal ku tidak ingin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Semoga Sakinah Mawaddah Warahmah

Setiap masa ada orangnya, ya mungkin ini bukan masanya lagi. Sakit, sedikit, rasa sakitnya bukan di perasaan tapi karena diri sendiri, aku b...