Kau tahu, saat ini aku sedang menuliskan sesuatu yang keluar
dari tema apa yang sebenarnya ingin aku tulis, hanya untuk melupakan bahwa aku
begitu terbeban, aku sedang dalam tanggungan, tanggungan yang kadang membuatku
benci untuk mengingatnya. Tapi, aku tanpa pilihan karena pilihanku hanya satu,
yaitu aku harus menyelesaikan tanggungan itu, beban itu. aku benci, iya ketika
aku menyadari betapa sebenarnya aku begitu rapuh, hanya untuk mengeluh dengan
beberapa hal yang sepele ini, padahal disana banyak yang punya beban kehidupan
lebih dari yang aku punya, tapi mereka, jarang sekali megeluh, jarang sekali
marah apalagi tidak bersyukur tapi aku? hah, sepertinyasudah sering sekali.
Meski iya kadang beberapa orang yang aku kenal tidak akan
sanggup pada posisiku, tapi bukan bearti tidak ada orang yang dengan sukarela
jika bisa menukarkan posisinya dengan posisiku. Mungkin bagi orang itu,
kehidupanku lebih menjanjikan kesenangan dari pada hidupnya. Itu dalam
kacamatanya, tapi lain lagi dalam kacamataku. Lagi-lagi bahagia itu tanpa
definisi tapi dengan perasaan, kita selalu dengan mudah mencoba mengukur kebahagian orang lain yang padahal tidak bisa kita ukur, lalu berkeinginan untuk menjadi
seperti orang lain, padahal sadar atau tidak yang kita dapatkan adalah apa
terlebih baik untuk kita. hingga aku menemukan definisi bahagia, bahagia
tentang cara kita menata , hati adalah kuncinya.
Dan malamku kali ini ditemani dengan hati yang kosong, rapuh
terasa lagi, aku tahu itu kenapa, karena zikir seperti telah mengering di
bibirku, hingga kadang energi itu hilang dan sesasaat saat ku kembalikan zikir
itu, energi itu kembali ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar